Langit biru Jakarta beserta awan putihnya ternyata cuma berjalan dua hari. Kini, langit biru itu lagi beralih menjadi kelabu.
Sebagaimana diketahui, langit Jakarta sempat cerah berwarna biru disertai awan putih pada 11 September 2023 dan 12 September 2023. Langit biru ini terlihat di kawasan Slipi, Jakarta Barat (Jakbar), dan kawasan Cikini, Jakarta Pusat (Jakpus).
Hal itu berjalan sejalan kualitas udara Jakarta membaik setelah teknologi modifikasi cuaca (TMC) bersama metode water mist spraying dilakukan.
Hal selanjutnya diungkap oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan BNPB bersama BRIN, BMKG, TNI, dan pihak tentang lainnya di wilayah Jakarta menyemprotkan air di langit Jakarta dalam sepekan terakhir.
“Pemerintah terus mengupayakan untuk kurangi polusi udara di wilayah ibu kota Jakarta, salah satunya bersama melaksanakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) bersama metode water mist spraying menggunakan dua pesawat Cesna,” kata Abdul Muhari dalam keterangan tertulis riauchannel.com, Selasa (12/9/2023).
Namun keindahan langit biru Jakarta itu kini memudar. Langit Jakarta beralih kelabu lantaran polusi.
Rabu (13/9/2023), dari kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, pukul 12.11 WIB, langit Jakarta lagi abu-abu. Tidak pula terlihat ada awan putih.
Gedung-gedung tinggi di Jakarta terlihat lagi samar tertutup polusi. Cuaca merasa panas, dan tidak merasa ada hembusan angin.
Polutan utama di Jakarta waktu ini merupakan PM 2,5. Untuk diketahui, PM 2,5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).
Situs IQAir perlihatkan konsentrasi polutan PM 2,5 di Jakarta menggapai 69,1 µg/m³. Jumlah selanjutnya 13,8 kali lipat di atas ambang panduan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Subkoor Bidang Informasi Pencemaran Udara BMKG Taryono mengatakan kecepatan angin yang lambat menjadi salah satu penyebab polusi udara lagi mencukupi langit Jakarta.
“Bisa menjadi seperti itu dan hari ini kecepatan angin termasuk lebih lambat dibanding kemarin,” kata Taryono waktu dihubungi, Rabu (13/9).
Taryono mengatakan, berdasarkan pemantauan, polutan utama PM 2,5 setiap jam. Ia termasuk mengatakan, dalam waktu 24 jam terakhir, kategori udara tengah lebih banyak ketimbang tidak sehat.
“Dari pemantauan konsentrasi PM 2,5 setiap jam nilai konsentrasi 2 hari paling akhir lebih banyak kategori tengah ketimbang tidak sehat dalam kurun waktu 24 jam,” tuturnya.
Menurutnya, perihal ini berjalan lantaran peningkatan kecepatan angin. Angin yang cepat inilah yang membawa dampak langit Jakarta cerah beberapa hari kemarin.
“Salah satu faktornya adalah sebab terjadinya peningkatan kecepatan angin permukaan yang membawa dampak polutan tersebar ke luar wilayah Jakarta,” ujarnya.